Pandu Papa
Di balairung negeri Astina, raja Pandu sedang memperbincnagkan rencananya
hendak berburu. Patih Jayayitna dan para pembantunya lalu bersiap-siap. Kepada
patih Samarasanta raja Pandu memerintahkan supaya merubah tata hias
istana Astina, disesuaikan dengan tata hias Endrabawana. Kedua patih
menyatakan kesanggupannya. Pandu lalu kembali ke Adstina.
Setibanya di dalam istana, Pandu lalu duduk bersama kedua permaisurinya yakni
Dewi Kunti dan Dewi Madrim. Setelah menjelaskan apa yang diperintahkan kepada
kedua patihnya, Pandu lalu masuk ke dalam pemujaan.
Di luar, yakni di paseban, kedua patih Astina membagi tugas. Patih Jayayitma
mempersiapkan segala keperluan untuk berburu ke hutan. Sedangkan patih
Smarasanta memerintahkan Arya Sakata untuk melakukan segala persipan dalam
tugasnya merubah tata hias istana Astina.
Tersebutlah di bukit Mestri, Resi Metreya baru saja selesai bersemedi. Ia
mendapat anugerah dewata berupa mantra yang dapat mendatangkan apa saja yang ia
minta. Melihat istrinya yang tampak sedih karena melaratnya, resi Metreya
menghibur, agar tidak bersedih karena sudah ada isyarat yang dapat
menghilangkan kesedian. Akan tetapi ternyata yang diminta oleh Endang Basusi,
demikian nama istri Resi Metreya, bukanlah harta, melainkan agar dirinya yang
sudah tampak tua lagi jelek, dapat berubah menjadi muda kembali serta cantik
jelita. Keinginannya dikabulkan. Endang Basusi menjadi wanita mudalagi sangat
cantik parasnya. Hal ini menjadikan dirinya menjadi sangat terkenal sehingga
banyak sekali orang laki-laki yang datang melihatnya, dan tidak jarang di
antara mereka yang datang itu menggodanya. Tentu saja hal itu membuat resi
Metreya cemburu. Bagi Endang Basusi sendiri pun hal itu tidak menyenangkan.
Resi Metreya lalu mengucapkan mantranya agar istrinya kembali menjadi jelek.
Demikian jeleknya hasil mantra resi Metreya, karena istrinya menjadi mirip
seekor anjing. Manusia mirip anjing ini pun menjadi tontonan orang. Hal ini
membuat Endang Basusi beserta Metreya sangat malu. Mantranya hanya tinggal
sekali lagi saja dapat ia pakai. Resi Metreya lalu mengucapkan mantranya,
dengan permohonan agar istrinya kembali ke rupa asalnya semula. Kedua suami
istri itu mohon ampun kepada dewa, dan akhirnya mendapat anugerah lagi, yakni
mantra yang dapat merubah sesuatu benda menjadi emas. Dengan emas hasil mantra
itu kehidupan Resi Metreya dapat tertolong. Dari kehidupan yang sangat melarat
nberubah menjadi kecukupan.
Begawan Sapwani di Giyacala dengan tekun memohon kepada dewata agar dikaruniani
anak. Permohonannnya lalu dikabulkan. Tak lama kemudian istrinya mengandung,
lalu melahirkan seorang anak laki-laki, yang setelah besar menjadi pemuda
gagah. Begawan Sapwani selalu memohon kepada dewa agar anaknya selalu mendapat
lindngan dewa.
Di Astina patih Jayayitna melapor bahwa p[ersiapan untuk berburu telah
selesai,. Raja Pandu sangat gembira lalu segera berangkat ke Hutan perburuan.
Para dewa hendak menghukum raja Pandu yang telah berani merubah tata hias
Astina menjadi kesupa dengan Endrabawana. Untuk itu dewa menurunkan putra
Batara Yama ke bukit Kisasa. Anak dewa Yama menjadi pendeta di Kilasabergelar
Resi Suhatra. Resi Suhatra jatuh cinta kepada anak empu Dwara yang bernama
Ragu, namun empu Dwara tidak memberikannya karena Suhatra berujud raksasa yang
menakutkan. Resi Suhatra akhirnya memanggil rara Rgau dengan daya ciptanya,
Rara Ragu dan Suhatra berubah duirinya menjadi dua ekor kijang jantan betina,
kemudian masuk ke dalam hutan dan leluasa kasih-kasihan. Empu Dwara yang
kehilangan anaknya lelu berangkat mencarinya dibantu oleh sanak keluarganya.
Di tempat perburuan raja Pandu, Kijang penjelmaan Ragu dan Suhatra terperangkap
ke dalam perangkap. Kijang betina berkeluh kesah seperti layaknya manusia,
sehingga menarik perhatian Pandu. Ketika Pandu mendekat, kijang jantan segera
mengata-nngatai Pandu dengan ucapan-ucapan yang membangkitkan amarah. Raja
Pandu marah dan kedua kijang itu segera ia panah sampai mati. Kijang jantan
musnah, sedangkan kijang betina berubah menjadi mayat seorang wanita. Mayat
Ragu diserahkan kepada Empu Dwara dengan memberikan uang duka secukupmnya.
Di Suralaya, Indra sedang membicarakan laknat yang akan dijatuhkan kepada raja
Pandu. Keputusannya, raja Pandu akan dicabut nyawanya, dan beserta raganya akan
dimasukkan ke dalam kawah Candradimuka. Yang diberi tugas adalah batara Yama.
Di Astina, raja Pandu tiba-tiba sakit parah. Segala macam obat tidak ada yang
mampu mengurangi penyakitnya. Resi Abiyasa menasehati Dewi Kunti supaya
bersabar dan pasrah, karena sudah takdirnya raja Pandu akan sampai ajalnya,
bersama-sama Dewi Madrim. Ketika jiwa dan raga raja Pandu sudah dibawa oleh
batara Yama ke Suralaya dan akan dimasukkan ke dalam kawah Candradimuka
datanglah resi Abiyasa ke kahyangan, minta kepada para dewa mengampuni Pandu.
Hukuman atas semua kekeliruan-kekeliruan Pandudewanata, untuk itu resi Abiyasa
akan menebus kesalahannya, dengan jalan, keturunan prabu Pandudewanatalah
(Pandawa) yang nantinya akan menebus segala kesalahannya.
Hyang Surapati berkenan dihatinya, dan memerintahkan prabu Pandudewanata dan
Dewi Madrim untuk selanjutnya dimasukkan di surga, tidak dikawah Candradimuka,
tempat menghukum para manusia yang dianggap berdosa terhadap dewa.
Resi Abyasa segera memohon diri, di Astina segera bersabda kepada resi Bisma,
Mulai sekarang, hendaknya disaksikan, bahwasanya kakak prabu Pandudewanata,
prabu Dretarastra, akan menggantikan kedudukannya, menjadi raja di Astina,
dengan gelar prabu Dretanagara. Selanjutnya, segala pusaka antara lain pusaka
Kalimasada, minyak tala yang dahulunya dimiliki oleh prabu Pandudewanata,
sekarang dihimpun oleh resi Abyasa, dengan penjelasan, dikelak kemudian hari
akan dibagi-bagikan kepada siapa yang berhak menerimanya.
Resi Abyasa dengan membawa Dewi Kunti, pula cucunya dan para sesepuh abdi prabu
Pandudewanta ke gunung Saptaarga. Tentramlah kerajaan Astina, dibawah
pemerintahan prabu Dretarastra, atau prabu Dretanagara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar