Blog'e Puspita Sastra Jawa 2012 :D

Lagu Dolanan

Senin, 16 Desember 2013

Sastra Lisan :)


UNGKAPAN TRADISIONAL
 
Aporisma adalah kata-kata bijak orang Jawa. Kata-kata itu dirangkai menjadi sebuah ungkapan bermakna.Karena ungkapan itu dinyatakan klise maka dinamakan ungkapan tradisional. Pada dasarnya, ungkapan tradisional merupakan bahasa simbolik. Di dalamnya penuh pemadatan makna. 
Ungkapan tersebut dapat dimaksed dengan unen-unen (sekedar kata-kata khusus yang dirangkai penuh makna . Biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Pernyataan melalui gambar atau deskripsi ini akan menyebabkan ekspresi bahasa semakin indah.

Dalam kehidupan orang Jawa, ungkapan tradisional sulit dibatasi secara tegas. Oleh karena itu, di Jawa memang amat kaya ragam ungkapan yang sampai saat ini belum banyak yang menggolong-golongkannya. Andaikata ada, masih bersifat serampangan dan belum dilakukan pembahasan secra komprehensif. 

Pemilik ungkapan tradisional memang kolektif Jawa, namun yang tahu betul akan makna dan kandungan filosofinya hanya perseorangan. 
Ungkapan tersebut, adakalanya digunakan untuk berbagai aspek kehidupan antara lain :
  (1) untuk memberi petuah kepada anak cucu, dalam hal-hal yang dianggap gawat dan amat penting selalu disalurkan lewat ungkapan , 
(2) digunakan dalaam dunia pentas atau sastra panggung agar dalam dialog tampak lebih berbobot. Yang penting, melalui ungkapan saja bisa dibungkus di dalamnya dan yang memiliki tidak mudah melupakannya


 Ungkapan tradisional tidak terbatas pada peribahasa , selain itu buku ini juga menjelaskan sifat-sifat ungkapan tradisional yaitu :
a.       Menggunakan kalimat atau kata unik,
b.      Mengandung kebijaksanaan hidup
c.       Menggambarkan tindakan manusia,
d.      Menggunakan kiasan.

 Ragam ungkapan tradisional Jawa yaitu :
a.       Paribasan
b.      Bebasan
c.       Saloka
d.      Mutira kata atau basa edi
e.       Sindiran
f.       Isbat

Makna dan fungsi khas ungkapan tradisional, sebagai berikut :
1.    Sebagai sistem proyeksi angan-angan, misalnya : ajining dhiri ana pucuking lathi artinya kehormatan dan kewibawaan seseorang terletak pada ujung lidahnya; begitu pula jagad ora mung segodhong kelor, berbudi bawa leksana, digedhongana dikuncenana wong mati mangsa wurunga;
2.      Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, contoh : negara mawa tata desa mawa cara mangkat becik mulih apik;
3.      Watang putung pinenthang;
4.      Sebagai alat pendidikan, contoh :  aja mongkag ing pambombong aja nglokro ing payendhu;
5.      Sebagai alat pemaksa dan pengawas norma masyarakat, misalnya : ngrusak pager ayu, murang tata tanpa krama, aja nggege mangsa.


Dijupuk saka : buku Tradisi Lisan Jawa karya : Suwardi Endraswara

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar