Wrettasancaya, kakawin
Kitab ini berisi pelajaran dan
bimbingan untuk menyelami tembang jawa kuno, yang menguraikan syarat-syarat dan
namanya dan disertai dengan contoh-contohnya, yang digubah dalam bentuk cerita
yang mengkisahkan perjalanan sepasang burung belibis dalam usaha mereka
menolong seorang puri yang kehilangan suaminya. Penggubah kitab ini bernama
empu Tanakung, namun tidak diketahui pada jaman pemerintahan raja yang mana.
Hanya dugaan saja kitab ini digubah pada akhir jaman Kediri. Kitab ini dicetak
oleh professor H. Kern pada tahun 1875 dengan huruf Jawa dengan disertai
terjemahan dalam bahasa Belanda, lalu dicetak lagi dalam Verspreide Geschriften
dengan menggunakan bahasa Latin.
Lubdhaka, kakawin
Kitab ini
menceritakan tentang seorang pemburu yang setelah meninggal dapat masuk surga.
Pemburu itu dalam agama Hindu, maupun dalam agama Budha merupakan orang yang
hina karena sehari-harinya pekerjaannya hanyalah berburu. Tetapi dia dapat
masuk surga karena pada suatu malam dia pernah berjaga dan pada malam itu tepat
malam Batara Siwa, sehingga dia memperoleh pahala besar dari Siwa untuk dapat
masuk ke surga.
Kitab digubah
oleh Mpu Tanakung pada masa pemerintahan Girindrawangsa atau Ken Arok yang
menjadi raja di Tumapel. Maksud Mpu Tanakung mengarang kitab ini adalah untuk
mengambil hati Ken Arok karena saat masa muda, Ken Arok adalah orang yanh
sangat jahat. Kitab Lubdhaka ini adalah kitab yang termuda diantara kitab-kitab
Jawa kuno lainnya
Bramandapurana, kakawin
Pada Empat Maha Resi yang disebut-sebut pertama dicipta oleh
Brahma menurut Brahmanda Purana, yaitu :
- Sonaka;
- Sananda;
- Sanatana;
- Sanatkumara.
Adapun kelompok Dewa Resi, dikenal pula sebagai
kelompok-kelompok Prajapati yang diperinci di dalam Brahmanda Purana terdiri
atas sembilan Prajapati, yaitu :
- Marici;
- Bhrgu;
- Angira;
- Pulastya;
- Pulaha;
- Kratu;
- Daksa;
- Atri;
dan
- Wasistha.
Wawa
( 924-929) Serta merta tampil sebagai penguasa di jawa tengah, di bantu pateh
sekaligus menantunya, Mpu Sendok, Wawa diganti Mpu Sendok (929-947), yang
terkenal sebagai Raja berjiwa Prajurit ,⁸
dan sangat toleranterhadap pemeluk Agama Budha Mahayana , serat sang Hyang
Kamahayanikan berhasil di gugah ke dalam bahasa jawa kuno dari bahasa sang
Sansekerta. Cerita ini memuat tentang dewa dewa yang mirip dengan relif yang
ada pada candi Borobudur, sebuah kitab Agama Hindu syiwa, Brahmandapurana
yang berisikan kosmogoni, sejarah para resi, dan cerita pertikaian antar kasta Purana
(Sanskerta:
पुराण ; purāṇa,
berarti "cerita zaman dulu") adalah bagian dari kesusastraan
Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata
Purana berarti sejarah kuno atau cerita kuno.Ada 18 kitab Purana yang terkenal
dengan sebutan “Mahapurana”.Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai
pada tahun 500 SM. Salah satunya adalah kitab brahmandapurana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar